Bukti Nyata KPNT, 29 Anak Petani Sawit di Merangin Kini Kuliah Gratis Hingga S1

1,862 Views

Bangko, kabarupdate.id – Senyum bangga terlihat jelas di wajah 29 anak muda asal Merangin. Mereka, anak-anak petani sawit dari pelosok desa, kini bersiap meninggalkan kampung halaman menuju berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Di tangan mereka, tiket emas untuk mengubah masa depan telah digenggam, yakni beasiswa penuh dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).

Di aula sederhana Koperasi Perkasa Nalo Tantan (KPNT), suasana haru menyelimuti acara pelepasan, Selasa (26/8). Sebagian orang tua hadir dengan pakaian sederhana, ada yang datang dari kecamatan jauh, menempuh perjalanan berjam-jam. Mereka bangga sekaligus terharu, anak-anak yang dulu ikut memanen sawit kini akan menempuh pendidikan hingga S1 dengan biaya sepenuhnya ditanggung.

“Dulu saya tidak pernah membayangkan anak saya bisa kuliah gratis sampai S1,” kata salah seorang ibu sambil mengusap mata berkaca-kaca.

Program beasiswa ini memang istimewa. Para penerimanya mendapat fasilitas lengkap, di antaranya biaya kuliah penuh, uang saku, transportasi, buku atau laptop, hingga tempat tinggal. Semua diarahkan untuk fokus belajar di bidang pertanian, agar kelak mereka bisa kembali membangun daerah.

Namun jalan menuju kesuksesan ini tidak mudah. Dari 35 anak yang mendaftar, tiga gugur di tahap administrasi, tiga lagi saat tes akademik, dan satu orang saat wawancara. Hanya 29 anak yang berhasil melewati seleksi ketat. Tapi di balik angka-angka itu, ada kerja keras yang tak terlihat, yaitu bimbingan belajar gratis, pelatihan wawancara, hingga pendampingan administrasi yang diberikan KPNT.

“KPNT hadir bukan hanya untuk mengurus sawit, tapi juga masa depan anak-anak petani. Kami ingin anak-anak ini punya kesempatan sama dengan yang lain untuk kuliah dan meraih mimpi mereka,” ujar Ketua KPNT, Nita Trisnawati.

Bagi KPNT, keberhasilan tahun ini adalah tonggak sejarah. Sejak program dimulai pada 2021, jumlah penerima beasiswa dari Merangin tak pernah tembus dua digit. Tahun ini, angka 29 bukan sekadar statistik, tapi simbol kerja nyata koperasi dan harapan baru bagi keluarga petani sawit.

Manager KPNT, Bripka Purn Ahmad Fahmi, menegaskan bahwa pendidikan adalah investasi paling berharga. “Ini hasil kerja keras bersama. Kami tidak ingin anak-anak petani sawit hanya jadi penonton dalam pembangunan. Mereka harus punya ilmu, akses, dan kesempatan yang sama untuk sukses,” ucap Fahmi tegas.

Manager KPNT Bripka Purn Ahmad Fahmi saat memberi motivasi kepada penerima beasiswa/ist

Fahmi menceritakan bagaimana koperasi ikut turun tangan mendampingi setiap proses seleksi. “Kami dampingi dari awal, mulai dari pengumpulan berkas, bimbingan akademik, hingga latihan wawancara. Semua kami lakukan gratis. Kami ingin memutus stigma bahwa pendidikan tinggi itu mahal dan sulit diakses anak petani,” jelasnya.

Suasana pelepasan terasa mengharukan. Ada anak yang datang membawa koper sederhana, ada yang hanya membawa tas ransel lusuh, tapi mata mereka berbinar penuh semangat. Mereka tahu perjalanan ini bukan sekadar kuliah gratis, tapi langkah besar untuk mengangkat harkat keluarga dan daerah.

Anak dan orang tua penerima beasiswa saat mendengarkan arahan Manager KPNT Bripka Purn Ahmad Fahmi/ist

“Harapan kami, anak-anak penerima beasiswa ini bisa kembali ke daerah, membawa ilmu, dan memajukan sektor sawit dan pertanian di Merangin. Kami juga berharap BPDPKS menambah kuota setiap tahun, melihat antusiasme dan potensi yang ada,” tambah Nita.

Cerita ini adalah bukti bahwa perkebunan sawit tidak hanya menghasilkan rupiah, tapi juga membuka jalan pendidikan untuk generasi penerus. Koperasi yang selama ini identik dengan bisnis kini tampil sebagai motor penggerak pendidikan.

“Pendidikan adalah investasi jangka panjang. Dengan adanya program ini, kami yakin petani sawit Merangin ke depan bisa mencetak generasi yang lebih pintar, kreatif, dan siap menghadapi tantangan zaman,” tutup Fahmi.

Siang itu, aula KPNT dipenuhi pelukan dan doa. Di balik tumpukan koper dan wajah-wajah haru, ada keyakinan bahwa anak-anak petani sawit Merangin siap menulis babak baru hidup mereka. Babak tentang kerja keras, mimpi, dan bukti nyata bahwa sawit juga bisa melahirkan masa depan.

reporter: Rhomadan Cerbitakasa