KABARUPDATE.ID, Merangin — Jumat siang itu, 25 Juli 2025, langit Papua Tengah tampak biasa saja. Di sebuah kios kecil di Kampung Wandoga, Distrik Sugapa, Joni Hendra, perantau asal Merangin, Jambi sedang melayani pembeli pinang seperti hari-hari sebelumnya. Tak ada firasat buruk. Tak ada tanda-tanda ini akan jadi hari terakhirnya.
Namun, dalam hitungan detik, hidupnya direnggut secara tragis. Peluru laras pendek dari jarak tujuh meter diduga ditembak oleh anggota Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) bernama Yonial Kobogah yang menghentikan napasnya. Ia ambruk di tanah, berlumur darah, disaksikan mata-mata tak percaya dari warga sekitar. Saat tim medis di Puskesmas Bilorai mencoba menyelamatkan, ajal telah lebih dulu menjemput.
Sementara pelaku kabur ke arah perbukitan, kejar-kejaran terjadi di antara gelapnya medan dan kabut pengkhianatan yang tak kunjung reda di bumi Cendrawasih.
Kabar kematian Joni menyambar bagaikan petir ke kampung halamannya, Merangin. Tapi yang paling hancur tentu sang istri, Wilda Oktavia. Lewat akun Facebook-nya, ia menuliskan kata-kata yang membuat siapa pun tercekat.
“Akhirnyaa.. Batamu Awak Sayaangg.. Iko yg Abang Bilang sacapeknyo Batamu jo ia bg,.. iko Trakhir abg Marantau Laii.. bisuak abg Nak Tiduk2 jo Bagolek2 sajo dikampuang Laii 😭🙏🏻 Raso Mimpi & ndak picayo ia doh bg 😭😭,” tulisnya.
Bagi Wilda, dunia seolah runtuh. Joni, suaminya, pergi bukan karena waktu yang menua. Tetapi karena peluru tak bertuan. Ia menanti kepulangan, tapi bukan dalam pelukan. Yang kembali hanyalah peti jenazah, disambut air mata anak-anak dan istri yang tak sempat mengucap selamat tinggal.
Jalan Panjang Menuju Rumah
PROSES pemulangan jenazah pun tak mudah. Penerbangan dari Sugapa sempat tertunda. Tapi berkat koordinasi cepat dari Ikatan Keluarga Minang (IKM) dan Polres Mimika, jenazah akhirnya diterbangkan ke Timika, lalu ke Jambi, dan tiba di rumah duka pada Sabtu malam. IKM bahkan ikut mendampingi keluarga, memastikan Joni pulang dengan terhormat, meski dalam keadaan telah terbujur kaku.
Ketua IKM, Andre Rosiade, menyampaikan duka mendalam. “Kami berbelasungkawa atas meninggalnya saudara kami di tanah perantauan. Kekerasan ini harus dihentikan. Semoga Joni tenang di sisi-Nya,” ujarnya.
Peluru yang Mengguncang Hati Bangsa
JONI bukan satu-satunya korban konflik panjang Papua. Namun, setiap nama yang jatuh tetaplah luka baru. Satgas Damai Cartenz menegaskan pihaknya akan memburu pelaku hingga tertangkap, dan menegakkan hukum demi keadilan bagi korban.
“Ini bukan sekadar peristiwa kriminal. Ini teror yang harus ditumpas,” tegas Brigjen Pol Faizal Ramadhani, Kepala Operasi Satgas.
Catatan Kematian yang Tak Selesai
WAJAH Joni kini mungkin tak lagi bisa dilihat. Tapi senyum dan peluhnya, yang dibawa jauh dari Merangin ke pelosok Papua untuk menghidupi keluarga, takkan pernah dilupakan. Ia adalah potret perantau sejati yang memilih keringat di tanah asing demi mimpi di kampung halaman.
Dan kini, dari Facebook sang istri, kita semua belajar, bahkan di balik sekotak pinang pun, bisa tersembunyi kisah cinta, pengorbanan, dan peluru.
reporter: Rhomadan Cerbitakasa