Bangko, kabarupdate.id – Pagi itu di sebuah sudut kecil Desa Rantau Alai, secangkir kopi hitam mengepul di depan Muhammad Yani, lelaki berpostur tegap dengan senyum yang tak pernah benar-benar pergi dari wajahnya.
Di tengah kabar yang berseliweran tentang pergantian kepengurusan DPD Partai NasDem Merangin, ia duduk tenang, seolah badai politik hanya sebatas hembusan angin di musim kemarau.
Sudah dua periode Yani memegang kemudi Partai NasDem di Kabupaten Merangin. Di tangannya, partai yang periode sebelumnya hanya memiliki tiga kursi, bangkit mencapai empat kursi di parlemen daerah, satu tambahan kursi dan perolehan suara signifikan pada Pemilu 2024, menjadi simbol kerja keras dan kesetiaan kader.
Kini, ketika rumor pergantian kepemimpinan mulai mengemuka, Yani memilih tidak melawan dengan nada tinggi. Ia hanya tersenyum dan berkata pelan, “Kalau pun nanti ada pergantian, itu hal biasa dalam organisasi. NasDem punya sistemnya sendiri. Saya masih di sini, masih bekerja seperti biasa.”
Kalimat sederhana itu menampar lembut wajah spekulasi yang mulai ramai di warung-warung kopi politik Merangin. Ia tahu, dalam politik, tidak ada kursi yang abadi. Tapi loyalitas. Bagi Yani adalah sesuatu yang lebih berharga dari sekadar jabatan.
Dalam catatan waktu, Partai besutan Surya Paloh di Merangin memang tidak dibangun dalam semalam. Ia lahir dari kerja panjang, dari pertemuan kecil di rumah warga, dari langkah kaki yang menembus lumpur, dari keyakinan bahwa perubahan selalu mungkin, asal dilakukan dengan hati.
Yani yang kini juga menjabat sebagai Ketua MPC Pemuda Pancasila Merangin dan Sekretaris MD KAHMI Tali Undang Tambang Teliti, sudah terlalu lama hidup dalam dinamika itu. Ia tahu betul, politik adalah arena jatuh bangun yang tak boleh membuat orang kehilangan arah.
“NasDem sudah berganti tiga ketua sejak berdiri. Kalau hari ini ada isu pergantian lagi, itu artinya partai ini masih hidup, masih bergerak. Yang diam justru menua dan membeku,” ujarnya, tersenyum lagi, kali ini sambil menatap langit yang mulai redup.
Bagi sebagian orang, isu lengser bisa jadi akhir dari perjalanan. Tapi bagi Bang Yani, panggilan akrabnya, itu hanyalah bagian dari napas organisasi. Ia menganggap jabatan hanyalah amanah yang datang dan pergi, sementara perjuangan untuk membesarkan partai akan selalu menjadi tanggung jawab moral yang tak lekang oleh waktu.
“Menjadi ketua bukan untuk bergagah-gagahan,” katanya pelan, “di situ ada tanggung jawab yang harus diemban. Kalau nanti waktunya berganti, ya kita serahkan pada keputusan partai.”
Sore mulai turun di Merangin, langit berwarna jingga keemasan. Di meja itu, Yani meneguk sisa kopinya, dingin tapi tetap nikmat. Ia tahu, isu akan datang dan pergi, seperti arus sungai Batang Masumai yang tak pernah berhenti mengalir.
Tapi ia juga tahu, keyakinan dan kesetiaan pada cita-cita politik yang diperjuangkannya tak akan surut, meski kursi bisa bergeser kapan saja.
Memang, dalam politik tidak semua badai datang untuk menghancurkan. Sebagian hanya datang untuk menguji seberapa kuat akar yang telah tertanam. Dan bagi Muhammad Yani, akar itu bernama NasDem.
reporter: Rhomadan Cerbitakasa












