Jejak Sindikat Perdagangan Anak Terkuak: Batak Team Polres Merangin Jambi Jadi Penentu Akhir Kasus Bilqis

1,401 Views

Bangko, kabarupdate.id – Kasus penculikan Bilqis (4), balita asal Makassar, membuka tabir gelap perdagangan anak lintas pulau yang selama ini beroperasi senyap di bawah bayang-bayang hukum. Dan di antara rentetan operasi besar lintas wilayah itu, muncul satu nama yang menjadi kunci akhir penyelamatan, siapa lagi kalau bukan Batak Team Satreskrim Polres Merangin.

Tim kecil yang dipimpin AIPTU Azhadi Ananda atas instruksi langsung Kapolres Merangin AKBP Kiki Firmansyah Efendi ini bergerak di garis paling depan saat penyelidikan mengarah ke pedalaman Kabupaten Merangin, tepatnya di kawasan Suku Anak Dalam (SAD), Desa Gading Jaya, Kecamatan Tabir Selatan. Lokasi terpencil, akses sulit, dan jaringan sosial yang tertutup membuat operasi ini bukan sekadar soal penegakan hukum, tapi juga soal keberanian dan kecerdikan.

Awal Jejak Sindikat Terbongkar

JEJAK sindikat perdagangan anak ini terungkap setelah dua pelaku Meryana (42) dan Adefriyanto Syaputera (36), ditangkap di Sungai Penuh, Kerinci, pada Jumat (7/11). Dari hasil interogasi, keduanya mengaku Bilqis telah dibawa ke wilayah Bangko, Merangin dan disembunyikan di komunitas SAD.

Informasi itu menjadi titik balik operasi. Polda Jambi, Polrestabes Makassar, dan Polres Merangin segera membentuk tim gabungan. Di sinilah Batak Team ditugaskan sebagai pasukan backup di lapangan untuk menelusuri langsung kawasan Mentawak hingga hutan Tabir Selatan, wilayah yang dikenal sulit dijangkau dan dijaga ketat oleh adat SAD.

Kronologi Negosiasi Dramatis Penjemputan Bilqis

PADA Jumat (7/11), Tim Batak Satreskrim Polres Merangin yang dipimpin AIPTU Azhadi Ananda tiba di wilayah Mentawak. Azhadi dikenal mampu berkomunikasi dengan Suku Anak Dalam (SAD), sehingga dipercaya memimpin proses negosiasi untuk pengambilan Bilqis dari tangan kelompok Tumenggung Sikar.

Sesampainya di lokasi, Azhadi bersama tim berkoordinasi dengan Tumenggung Jhon untuk membuka jalur komunikasi dengan Tumenggung Sikar. Dalam pertemuan awal itu, Azhadi menjelaskan bahwa uang yang dimiliki oleh Adit Saputra (36) dan Meriana (42), pihak yang sebelumnya terlibat dalam penjualan Bilqis hanya tersisa Rp50 juta.

Namun negosiasi berjalan alot. Tumenggung Sikar menolak menyerahkan Bilqis dengan alasan mereka telah mengeluarkan biaya untuk kebutuhan anak itu, seperti membeli pakaian dan makanan. Setelah proses tawar-menawar panjang, kesepakatan sementara pun tercapai di angka Rp80 juta.

Azhadi dan tim kemudian bergerak menuju pemukiman kelompok SAD pimpinan Sikar yang menunggu di Mentawak Dalam. Namun saat tiba di lokasi, Bilqis tidak ditemukan. Informasi yang diperoleh menyebutkan bahwa anak tersebut sudah dipindahkan ke tempat lain. Sekitar pukul 03.00 WIB, Tim pun memutuskan mundur sementara dan melanjutkan upaya pada pagi harinya.

Pada Sabtu (8/11), proses negosiasi kembali dilanjutkan sejak pagi hingga sore hari. Nilai kesepakatan akhirnya berubah, dari semula Rp80 juta naik menjadi Rp100 juta. Setelah melalui perundingan panjang, titik temu tercapai. Bilqis ditukar dengan satu unit mobil Pajero warna putih keluaran sekitar tahun 2014 milik Adit Saputra.

Tim kepolisian akhirnya berhasil menemukan Bilqis di pemukiman SAD daerah SPE, Desa Gading Jaya, Kecamatan Tabir Selatan. Anak itu berhasil diamankan dalam kondisi selamat.

Kapolres Merangin AKBP Kiki Firmansyah Efendi, kepada awak media membenarkan perihal pengungkapan kasus penculikan tersebut dan memastikan kondisi Bilqis dalam keadaan baik.

“Polres Merangin hanya membackup rekan-rekan dari Polda Jambi dan Polrestabes Makasar. Mengingat hasil penyelidikan diduga korban Bilqis berada di wilayah hukum kita.”

“Alhamdulillah saat ditemukan oleh tim gabungan, ananda Bilqis dalam kondisi baik. Tim berhasil mengamankan korban setelah dilakukan pendekatan persuasif terhadap beberapa Tumenggung (Kepala Suku) dari warga Suku Anak Dalam,” ujar Kapolres, Senin (10/11).

Akhir dari Rantai Gelap

BILQIS kini sudah dipulangkan ke orang tuanya di Makassar, namun penyelidikan belum berhenti. Polisi masih menelusuri kemungkinan jaringan yang lebih luas di balik kasus ini, sindikat yang diduga memperjualbelikan anak lintas provinsi, bahkan lintas pulau.

Kasubsi Penmas Polres Merangin AIPTU Ruly menegaskan, kasus Bilqis bukan hanya tentang penculikan satu anak, tetapi membuka mata publik akan adanya potensi jaringan perdagangan manusia yang lebih besar.

“Kami akan terus berkoordinasi dengan Polda Jambi dan Polrestabes Makassar untuk menuntaskan ini sampai ke akar,” tegasnya.

Penentu di Titik Akhir

DALAM setiap operasi besar, selalu ada titik di mana keputusan kecil menentukan hasil akhir. Dalam kasus Bilqis, titik itu adalah Batak Team Polres Merangin. Tim kecil dengan semangat besar yang berani hingga menembus wilayah hutan, menegosiasikan hidup, dan menutup satu bab gelap perdagangan anak di Indonesia.

Bilqis mungkin hanyalah satu anak di antara jutaan, tapi di mata mereka yang berjuang malam itu, ia adalah simbol harapan bahwa selama masih ada aparat yang tidak menyerah, nyawa kecil pun layak diperjuangkan sampai titik terang terakhir.

reporter: Rhomadan Cerbitakasa