KABARUPDATE.ID, Merangin – Aksi mahasiswa di Merangin kali ini benar-benar bikin gempar! Dalam momen formal usai paripurna DPRD, Senin (14/7), seorang mahasiswa bernama Sandra Wandi nekat menyerahkan piagam “Penghargaan Penunggak Pajak Terbaik I” langsung ke tangan Bupati Merangin, M. Syukur.
Alasan di balik aksi nyeleneh itu cukup mencengangkan, yaitu sebanyak 628 kendaraan dinas milik Pemkab Merangin tercatat menunggak pajak!
Data yang disampaikan Wandi merinci, 471 motor dan 147 mobil milik pemerintah daerah belum membayar kewajiban pajaknya sesuai informasi dari UPTD Samsat Merangin.
Baca Juga: Tak Main-Main! Wabup Ultimatum PT AIP: SP1 di Ambang Pintu, Kejari Menanti!
Namun bukannya menerima sebagai bentuk kritik konstruktif, Bupati malah menuding data tersebut palsu.
“Kamu bicara dulu dengan orang, jangan sampai nanti kamu dibilang data palsu,” ucap Bupati dengan nada menuding.
Ia bahkan balik menyerang, menyebut aksi itu cuma cari sensasi.
“Jangan cari sensasi yang begitu-begitu. Pemerintah ini saya yang minta data,” dalihnya, mencoba membalikkan sorotan.
Tak tinggal diam, Wandi menegaskan bahwa piagam yang ia serahkan adalah simbol kritik agar Pemkab Merangin tidak abai terhadap kewajiban membayar pajak seperti yang selama ini diwajibkan kepada masyarakat.
“Ini bentuk teguran moral. Kalau masyarakat dituntut bayar pajak, kenapa pemerintah sendiri menunggak? Kami buat piagam ini secara mandiri sebagai sindiran satir,” katanya kepada wartawan.
Wandi pun menyayangkan sikap bupati yang defensif dan menganggap data tidak valid.
“Lucu saja, pemerintah bisa mendata warga yang telat bayar pajak, tapi begitu data kendaraan sendiri keluar, malah dibilang palsu,” katanya.
Aksi tersebut menjadi viral dan ramai diperbincangkan. Tak sedikit yang mengapresiasi langkah mahasiswa sebagai tamparan halus namun memalukan untuk penguasa daerah yang sering kali lupa bercermin.
Kini publik menunggu, apakah bupati akan serius menyelidiki data tunggakan tersebut atau tetap berlindung di balik bantahan dan pembelaan?
Satu pertanyaan tajam pun mengemuka, siapa sebenarnya yang cari sensasi. Mahasiswa atau penguasa yang alergi dikritik?
reporter: Rhomadan Cerbitakasa