Bangko, kabarupdate.id – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Merangin kembali menjadi sorotan. Bukan karena manfaatnya yang diharapkan untuk anak-anak, melainkan karena cara pelaksanaannya yang dianggap minim empati terhadap warga sekitar.
Warga Perumahan Zahdan Residence dibuat kaget ketika mendapati pembangunan Dapur MBG berdiri di kawasan pemukiman mereka. Tanpa papan proyek, tanpa sosialisasi, tiba-tiba bangunan muncul di salah satu sudut komplek perumahan subsidi tersebut.
“Kami baru tahu ada dapur itu setelah pekerja mulai beraktivitas. Tidak pernah ada pemberitahuan sebelumnya,” ujar salah satu warga yang enggan disebut namanya, Senin (13/10).
Baca Juga: Cerita Sebelum Kabar Pencairan Gaji Honorer Merangin, Polisi Sudah Bergerak
Baca Juga: Janji Tinggal Janji! Tujuh Bulan Tanpa Gaji, Guru Honorer Merangin Akhirnya Melawan
Warga menilai, proyek ini dijalankan dengan cara yang terburu-buru dan kurang menghargai lingkungan sosial di sekitarnya. Selain kekhawatiran soal kebisingan dan bau masakan saat dapur mulai beroperasi, warga juga menyoroti minimnya komunikasi antara pengelola dan masyarakat.
“Kami tidak menolak programnya. Tujuannya bagus, untuk anak-anak. Tapi kan harusnya ada etika. Ini perumahan, bukan kawasan produksi,” tegas seorang warga lain.
Di sisi lain, pihak pengelola MBG, Elviana, menegaskan bahwa pembangunan tersebut sudah melalui prosedur resmi dan dikoordinasikan dengan instansi terkait.
“Sudah koordinasi dengan SPPI Merangin. Mohon dukungannya, agar anak-anak Merangin segera menikmati makan bergizi gratis,” ujarnya.
Baca Juga: Bupati Syukur Kecewa Lihat Kantor Dinkes Kotor, ASN Diminta Bawa Pot Bunga!
Namun pernyataan itu tak serta-merta meredam reaksi publik. Banyak yang menilai, program nasional seharusnya dijalankan dengan rasa empati terhadap warga lokal, bukan asal jalan tanpa sosialisasi.
Di tengah niat baik pemerintah menjalankan program gizi anak, pelaksanaan di lapangan justru menimbulkan kegelisahan baru. Warga mempertanyakan, jika program ini benar untuk kebaikan bersama, kenapa masyarakat yang terdampak langsung justru tak dilibatkan sejak awal?
Baca Juga: Heboh Penemuan Mayat di Nalo Tantan, Hilang 9 Hari, Akhirnya Ditemukan Membusuk di Kebun
Baca Juga: Lamaran Sering Ditolak, Usia Sudah 40, Pria di Merangin Ditemukan Meninggal di Rawa
Kini, Dapur MBG Zahdan Residence menjadi simbol kecil dari persoalan besar, antara niat mulia dan cara pelaksanaan yang mengabaikan empati sosial.
reporter: Rhomadan Cerbitakasa











